Jumat, 12 Februari 2010

Mari mengintip kesusasteraan

        As a student, kita dituntut untuk gesit di segala medan dan untuk tangkas di segala situasi. Selain belajar mengenai IPTEK dan Sains gak ada salahnya kita increase juga tentang sastra. In the text bellow, ada sebuah puisi karya anak smansa yang akan kita "ewer-ewer" bahasa dan maknanya.


Orang Berbaju Putih dan Kebenderangan
Ada sekelebat orang dengan baju putih yang memantulkan sinar,
terheran-heran dengan lamat lamat menelanjangi wangiku
derap derap mahluk-yang entah berwujud apa-berlalu dan datang
Aku mungkin terlihat mematung di marka jalan menunggu mukjizat datang
Selagi itu, sepertinya tak datang
Dunia luar begitu benderang dari sudut bola mata yang kurasa tak bulat
Apalagi Amon, terik, siang hari yang terasa memegang kendali langkah
Banyak jalan-jalan berlubang di jalan pulang
Banyak jalan-jalan berlumpur di jalan datang
Dunia luar masih begitu sombong dan benderang

Syahdan;
Tatkala orang buta mendemo Tuhan;
Kenapa jika Tuhan tak sayang bunuh saja!
Kenapa jika Tuhan sayang perlihatkan dunia!
Lumpuh jika lumpuh saja. Manusia itu butuh sendiri, Ilah!
Lalu si buta mungkin bosan dan memilih menyerah saja
Bosan memang terasa sangat membosankan

dan Syahdan;
Tatkala orang yang benci dengan kebenderangan mendemo Tuhan;
Kenapa jika Tuhan tak sayang butakan saja!
Kenapa jika Tuhan sayang perlihatkan dunia!
Dan ada segumul awan yang membuatnya hancur berkeping-keping
karena lelah mengejar Tuhan dan kebenderangan

dan Syahdan;
Semua orang sontak berbaju putih


291009-jzt,ajg

Melihat judul puisi di atas, sudah cukup menggambarkan hampir seluruh bait puisi tersebut. Warna putih adalah warna yang menyilaukan dibawa sinar matahari, kemudian si penyair menambah kata 'kebenderangan' untuk menyangatkan makna dari warna putih yang menyilaukan. Itu artinya di dalam puisi tersebut mengandung sebuahmakna penderitaan yang dalam.
Bait pertama, penyair berusaha menyampaikan sebuah jalan hidup yang sulit dan banyak berlubang, banyak rintangan dan harus dihadapi penuh kehati-hatian dalam keadaan yang kurang memungkinkan. Bait kedua dan ketiga adalah reaksi tokoh puisi terhadap interpretasinya kepada Tuhan. Si penyair berusaha menyampaikan bahwa tokoh puisi berada pada kegalauan mengenai deritanya yang tak kunjung mendapat jawaban dari Tuhan.
Pada bait terakhir terdapat sebuah finishing yang datar yang secara naratif biasa disebut sad ending karena tokoh pada puisi tersebut kemudian menyaksikan semua orang berbaju putih yang artinya si tokoh melihat sesuatu yang sangat menyilaukan dan menunjuk pada penderitaan bertubi-tubi yang didapat si tokoh.
Think more ever! yondaime


0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar

Luph SMANSA

http://img130.imageshack.us/img130/2440/img1ar.jpg

ASiknya educations Smansa

Kamu Pengunjung Ke

Pengunjung Yang On-Line

Time Now

Hubungi Kami kalau anda ingin bertanya atau saran :

GOOGLE RANK

Blog Indonesia Cara Membuat Blog blog-indonesia.com

Pendapat


Gratis Buat Chat sendiri @ ShoutMix

SMANSA'S Follow

Banner Follow

Follow ASiknya  educations Smansa Blog ini ada di Komunitas Blogger Indonesia -AntarBlog- Get Free Shots from Snap.com